Selasa, 17 Agustus 2010

Heavenlife


Luas Jiwa, Luas Jalan ke Surga

Luas Jiwa, Luas Jalan ke Surga

Oleh Hamim Thohari
(Sekretaris Dewan Syuro Hidayatullah)
FOTO: belumadajudul.blogdrive.com
Sewajarnya, perhitungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berupaya mencari suaka ke Thaif tidaklah salah. Sebab, di sana banyak kerabat dekat beliau. Tentu saja beliau berharap kerabat dekat itu akan mendukung perjuangan beliau. Sayangnya, hidayah itu tidak memandang hubungan keluarga. Kehadiran beliau, yang ditemani pembantu setianya Zaid bin Haritsah, tidak saja ditolak, bahkan beliau diperlakuan kasar dan melampaui batas. Beliau diejek, diusir, dan dilempari batu hingga terluka. Beliau dan Zaid pun lari menyelamatkan diri dari kejaran mereka.
Ketika sampai di suatu tempat yang aman, beliau berdoa dengan doa yang masyhur, menggambarkan kepasrahan beliau atas kejadian itu. Allah Ta’ala kemudian mengutus Jibril bersama malaikat penjaga gunung yang sudah siap menunggu perintah Rasulullah untuk melakukan pembalasan terhadap mereka.
Imam al-Bukhari meriwayatkan rincian kisah ini dengan sanadnya dari ‘Urwah bin az-Zubair, bahwasanya malaikat penjaga gunung tersebut memanggil Rasulullah sembari memberi salam, kemudian berkata, “Wahai Muhammad! Hal itu terserah padamu. Jika engkau menginginkan aku meratakan mereka dengan al-Akhasyabain (dua gunung di Mekkah, yaitu Gunung Qubais dan yang di seberangnya, Gunung Qu’ayqa’ân), maka akan aku lakukan.”
Rasulullah malah menjawab, “(Tidak perlu) bahkan aku berharap kelak Allah memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang menyembah Allah ‘Azza Wa Jalla semata, yang tidak boleh disekutukan dengan sesuatupun.”
Selapang-lapangnya
Respon positif yang diberikan beliau atas penistaan kaum Thaif itu menunjukkan jiwa besar dan kelapangan dada yang luar biasa. Hanya mereka yang memiliki jiwa besar dan hati yang lapang saja yang bisa berbuat seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar