Minggu, 06 Maret 2011

reproduksi

Turku, Finlandia, Produksi sel sperma para pria makin berkurang dari masa ke masa, diduga akibat peningkatan polusi yang mencemari makanan dan lingkungan. Dampaknya tidak hanya mengurangi kesuburan, tapi juga meningkatkan risiko kanker pada pria.

Penelitian yang dilakukan para ahli dari University of Turku di Finlandia menunjukkan, jumlah sel sperma pria mulai berkurang sejak akhir dekade 1970-an. Hanya dalam 10 tahun, jumlah sperma rata-rata yang diproduksi para pria mengalami penurunan sekitar 30 persen.

Penelitian yang dilakukan di Finlandia itu mencatat, jumlah sperma yang dihasilkan pria kelahiran tahun 1979-1981 masih sekitar 227 juta/ml. Pria kelahiran tahun 1982-1983 menghasilkan sperma 202 juta/ml, sementara yang lahir di atas tahun 1983 hanya menghasilkan 165 juta/ml.

Meski hanya dilakukan di Finlandia, hasil penelitian ini diyakini bisa menjadi indikator kesuburan pria di seluruh dunia. Pasalnya selama ini pria Finlandia dianggap paling 'jantan' dari sisi kesuburan, karena produksi spermanya rata-rata lebih banyak dibanding pria lain di dunia.

Selain mengamati produksi sperma yang makin sedikit, para peneliti juga melihat risiko kanker pada pria yang cenderung meningkat. Dibandingkan pada kelompok pria yang lahir di era 1950-an, kanker testis lebih banyak menyerang pria-pria yang lahir setelah tahun 1980-an.

Para ahli menduga, kedua hal ini disebabkan oleh polusi yang mencemari makanan dan lingkungan. Pencemaran yang terus meningkat dari masa ke masa memicu gangguan pada pertumbuhan janin laki-laki ketika masih berada dalam kandungan, khususnya yang terkait dengan sistem reproduksi.

"Berkurangnya produksi sperma dan meningkatnya risiko kanker testis terjadi bersamaan, sehingga diduga penyebabnya adalah pencemaran yang sebenarnya bisa dicegah," tulis Prof Jorma Toppari yang memimpin penelitian tersebut, seperti dikutip dari BBC, Senin (7/3/2011).

Prof Toppari menyarankan untuk menindaklanjuti temuan dengan studi investigatif untuk mengidentifikasi polutan apa saja yang memicu perubahan tersebut. Kelak jika sudah dipastikan penyebabnya, produksi sperma bisa dijaga agar tidak terus berkurang pada generasi berikutnya.

tipsq

Jakarta, Menghentakkan leher hingga berbunyi 'keretek' memang ampuh mengatasi rasa kaku dan pegal-pegal, terutama saat bangun tidur atau duduk terlalu lama di depan komputer. Namun jika berlebihan, cara ini justru akan meningkatkan risiko stroke.

Bunyi 'keretek' mirip tulang patah sebenarnya terjadi akibat adanya pelepasan gas di dalam membran synovial yang menyelubungi persendian. Gas tersebut keluar dari membran akibat adanya tekanan yang kuat saat leher atau pinggang diputar dengan gerakan menghentak.

Lepasnya gas-gas tersebut tidak berbahaya, bahkan bisa membantu meredakan rasa kaku dan pegal-pegal di persendian. Rasa pegal bisa berkurang untuk sesaat, meski biasanya akan kembali lagi ketika membran synovial mulai terisi kembali oleh udara.

Karena efeknya hanya bertahan sesaat, maka sebenarnya 'mengeretek' persendian tidak pernah dianjurkan oleh para ahli. Jika tidak ingin merasakan pegal-pegal, pilihan paling tepat adalah dengan lebih sering bergerak atau melakukan aktivitas fisik.

Kalaupun terpaksa harus melakukannya karena mungkin sudah ketagihan, maka gerakan yang dilakukan tidak boleh terlalu kuat dan menghentak. Lakukan gerakan sewajarnya, jangan dipaksakan terlalu memutar atau menekuk sehingga memberi beban ekstra karena bisa memicu arthritis atau radang sendi.

Beberapa risiko yang mungkin terjadi jika sendi 'dikeretek' terlalu kuat atau terlalu sering antara lain sebagai berikut:

1. Tendon atau tempat melekatnya otot pada tulang jadi longgar karena terlalu sering ditarik
2. Sendi kehilangan elastisitas atau kelenturan gerak
3. Otot terasa nyeri akibat hentakan yang terlalu kuat
4. Saraf bisa mengalami kerusakan sehingga otot mudah kesemutan.

Selain itu, perhatian khusus juga perlu diberikan bagi yang senang 'mengeretek' persendian khususnya di leher. Pakar kebugaran dari New York, Henry S Lodge, MD mengatakan kebiasaan 'mengeretek' leher lebih berbahaya daripada bagian lain karena bisa meningkatkan risiko stroke.

"Pada beberapa perempuan, mengeretek leher dilaporkan bisa meningkatkan risiko stroke. Diduga karena hal ini memicu kerusakan arteri atau pembuluh nadi," ungkap Lodge seperti dikutip dari MSN Health, Senin (7/3/2011).


»Jangan
tanamkan sifat 'iri' karena melihat oranglain lebih dari kita, karena
mungkin kelebihan yg kita lihat adalah kekurangannya, dan kekurangan yg
kita rasakan adalah letak kelebihan kita.... (karena setiap orang punya
kelebihan & kekurangan...~ 'berikanlah senyum paaaliing manizz' >)
»Jangan
tanamkan sifat 'iri' karena melihat oranglain lebih dari kita, karena
mungkin kelebihan yg kita lihat adalah kekurangannya, dan kekurangan yg
kita rasakan adalah letak kelebihan kita.... (karena setiap orang punya
kelebihan & kekurangan...~ 'berikanlah senyum paaaliing manizz' >)
»Jangan
tanamkan sifat 'iri' karena melihat oranglain lebih dari kita, karena
mungkin kelebihan yg kita lihat adalah kekurangannya, dan kekurangan yg
kita rasakan adalah letak kelebihan kita.... (karena setiap orang punya
kelebihan & kekurangan...~ 'berikanlah senyum paaaliing manizz' >)

Kamis, 03 Maret 2011

Mencegah migrain

Jakarta, Sakit kepala sebelah atau migrain memang tidak mematikan, namun jika tidak diatasi akan sangat mengganggu produktivitas. Berbagai jenis terapi bisa dilakukan, mulai dari obat-obatan hingga aktivitas fisik seperti olahraga dan bercinta.

Berikut ini 10 alternatif mengatasi migrain, seperti dikutip dari The Sun, Kamis (3/3/2011).
1. Suntik Botox
Juli tahun lalu, Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan suntik botox untuk mengatasi migrain. Sejumlah bukti ilmiah membuktikan, suntikan yang lebih sering ditujukan untuk mengatasi keriput di wajah ini cukup efektif mengatasi migrain.
2. Terapi gen
Menurut sebuah penelitian di Oxford University, faktor genetik menyebabkan 20 persen penderita migrain tidak bisa sembuh hanya dengan obat. Gen pemicu migrain ini dinamai Tresk dan diturunkan dari orangtua sehingga hanya bisa dihilangkan melalui terpai gen.
3. Aspirin
Suntikan aspirin cair tampaknya akan menjadi terobosan baru untuk mengatasi migrain. Peneliti dari University of California telah membuktikan, penyuntikan aspirin langsung ke pembuluh darah bisa mengatasi migrain dengan lebih murah dan efektif.
4. Relaksasi
Karena stres merupakan salah satu pemicu utama migrain, maka cara pengatasan paling mudah adalah mengistirahatkan pikiran dari urusan pekerjaan. Pergi berlibur adalah salah satu alternatif mengatasi migrain yang paling menyenangkan.
5. Stimulasi magnetik
Transcranial Magnetic Stimulation adalah temuan baru berupa perangkat elektronik penghilang migrain. Ketika ditempelkan di kepala, alat ini akan menghasilkan medan magnetik yang mengurangi sensitivitas terhadap rasa nyeri di kepala.
6. Matikan ponsel
Ada 2 alasan mengapa telepon seluler (ponsel) bisa memicu migrain, salah satunya membuat orang mudah stres karena klien atau atasan di tempat kerja bisa menghubungi sewaktu-waktu untuk membicarakan pekerjaan melalui alat tersebut. Alasan kedua adalah radiasi elektromagnetik yang bisa memicu migrain.
7. Olahraga
Bagi sebagian orang, olahraga justru memicu migrain. Namun bagi kebanyakan orang, olahraga ringan yang tidak terlalu melelahkan cukup ampuh meredakan stres, melancarkan peredaran darah dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Semuanya itu bisa meringankan gejala migrain.
8. Batasi kafein
Kelebihan kafein adalah salah satu pemicu migrain, sehingga tidak dianjurkan untuk minum lebih dari 5 cangkir kopi, teh atau minuman bersoda dalam sehari. Namun bagi yang sudah ketagihan kafein, berhenti minum kopi sama sekali juga bisa memicu migrain. Karena itu yang perlu diperhatikan adalah porsinya, tidak boleh berlebihan.
9. Terapi seks
Khusus pada wanita, hubungan seks secara teratur bisa mengurangi risiko migrain. Hormon yang memberikan rasa nikmat saat bercinta, endorphin merupakan pereda nyeri alami yang diproduksi dalam jumlah besar setiap kali mencapai orgasme.
10. Konsumsi suplemen sat besi
Anemia atau kurang darah bisa memicu migrain meski bukan termasuk salah satu faktor utama. Jika serangan migrain selalu menyertai gejala letih lesu, tidak ada salahnya memperbanyak suplemen atau makanan yang menganding zat besi seperti hati ayam dan sayuran hijau.