Minggu, 29 Agustus 2010

trust

“Fanus” Ramadhan dan “Mufaja’ah Iraniyah”

E-mail Print PDF
Prestasi yang dicapai Iran dalam persenjataan diharapkan dapat mendorong tercapainya solidaritas dunia Islam

Oleh: Musthafa Luthfi*

PERJALANAN penulis kali ini  dari Yaman, yang dikenal dengan negeri Sheba, ke Mesir yang dikenal pula dengan negeri Piramida atau Lembah Nil, bukan untuk liburan atau kunjungan biasa, namun salah satu bentuk pengabdian kepada adik saya tercinta, Dr. Musthafa Habibie, MA yang telah mendahului saya menuju Sang Kahliq Yang Maha Pengasih Penyayang.

Hujan sepanjang hari hingga menjelang keberangkatan pada dini hari, menyiram ibu kota Sana`a, Yaman. Seolah-olah air mata yang demikian deras mengiringi keberangkatan saya ke kota Kairo ditemani istri dan anak paling bungsu untuk melepas adikku tercinta ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Di Kairo, yang dikenal dengan sebutan kota seribu menara itu, adik tercinta melepaskan diri dari hiruk pikuk dan glamour dunia fana ini dengan keadaan tenang menuju haribaan Yang Maha Kuasa. Berita kepergiannya begitu mendadak, tapi salah seorang teman akrabnya warga Mesir, Ustaz Ashraf yang seangkatan dengannya saat menimba ilmu di Fakultas Usuluddin jurusan Hadis menceritakan bahwa tanda-tanda akan segera menghadap Allah sudah terasa sejak 2 minggu sebelum meninggal.

“Menjelang kepergiannya, saya sering ngobrol dengan Ustaz Habibie (demikian ia biasa memanggil adik saya) di mana ia sering menyinggung tentang sudah dekatnya ajal yang akan segera menjemput meskipun secara fisik ia dalam keadaan sehat. Paling tidak itulah salah satu pertama husnul khatimah, di samping mayatnya pun nampak seperti tertidur biasa," katanya saat memberi ta`ziah selepas shalat jenazah yang saya imami.

Keterangan yang sama juga disampaikan oleh banyak teman almarhum dan mahasiswa di Kairo yang kenal akrab dengannya sambil menjelaskan bahwa almarhum adalah sosok yang memiliki jiwa membantu yang luar biasa yang sulit didapati dalam kehidupan post modern masa kini. Mereka hampir serempak berucap bahwa almarhum insya Allah dapat predikat Husnul Khatimah (akhir hayat yang baik).

Dengan air mata yang meleleh tanpa sadar, saya hanya bisa mengamini sambil mengingat sabda Rasulullah yang maksudnya “ketika usungan jenazah melewati para sahabat lalu mereka memuji kebaikan jenazah tersebut kemudian Nabi SAW bersabda: wajiblah, kemudian lewat jenazah lainnya lalu mereka menyebut keburukannya lalu Nabi bersabda: wajiblah. Sahabat Umar bertanya: apa maksud wajibah, lalu Rasulullah SAW bersabda: ini yang kalian sebut kebaikannya maka wajiblah baginya surga, dan ini yang kalian sebutkan keburukannya maka wajiblah baginya neraka karena kalian adalah para saksi Allah di muka bumi (HR Bukhari).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar