Allah Ta’ala maha luas kekuasaan serta ilmu-Nya, maha luas rahmat-Nya, maha luas ampunan-Nya.
﴾٨٠﴿ وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْماً أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ
Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)? (Al-An’am [6]: 80).
﴾١١٥﴿ وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ إِنَّ اللّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]: 115)
﴾٣٢﴿ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. (An-Najm [53]: 32)
Dari keluasan lahirlah perbedaan, sebuah sunnatullah yang tidak bisa dielakkan. Lantas, apakah perbedaan itu diciptakan oleh Allah tanpa maksud dan tujuan? Apakah perbedaan mesti menjadi sumber perselisihan dan permusuhan? Tentu saja tidak! Allah telah menegaskan:
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (yaitu para rasul), dan untuk (perbedaan pendapat) itulah Allah menciptakan mereka, kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan, “Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Hud [11]: 118-119)
Justru di sinilah peran Islam dalam mengikat semua perbedaan itu menjadi indah dalam persatuan dan persaudaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar